Kamis, 24 Februari 2011

Catatan Buat Rumah Kedua

Barisan sudah diatur yang berbadan kecil dan rendah mengambil posisi berdiri di depan,sedangkan Cenuk berada di barisan belakang karena badannya gempal lagi besar,membuatnya berdiri di belakang bersama si Damhuji dan tidak jauh dari sisi kanannya ada Mudim selalu setiasa berada dekat mereka berdua itu, ia tersenyum lebar menunggu momen jepretan foto bersama seangkatan Madrasah Kampung Gumbang Desa Sepukat mereka anak kelas III yang baru merayakan kelulusan sekolah.


Bagi mereka bertiga sekolah adalah rumah kedua namun sekelumit kisah mereka bertiga sangat banyak kenangan yang dapat di catat bagi seorang penulis pemula sekalipun.namun di sebalik cerita itu kebersamaan mereka tidaklah begitu wah dan penuh dengan liku-liku dunia perkotaan yang dimana setiap ada kelulusan sekolah,siswa lazimnya berkendaraan bermotor dan menyoret-nyoret baju sekolah,akan tetapi keadaan di Madrasah Kampung Gumbang tidaklah demikian.


Pada saat sesi berfoto sang fotografer memutuskan untuk mengulang jepretannya yang ketiga kali,karena momen foto yang di kehendaki sang fotografer semua dalam keadaan rilek dan formal,namun itulah keadaannya bagi si Cenuk,Damhuji dan Mudim berfoto adalah barang langka,mungkin mereka bertiga baru dua kali berfoto,yang pertama waktu mereka ikut sunatan masal di Desanya kebetulan mereka bertiga serempak, saat itu acara di selenggarakan berkat Bapak -Bapak TNI masuk desa kesempatan itu diambilnya sebagai kenangan yang tidak bisa dilupakan sebagai bocah laki- laki yang beranjak dewasa dan sekarang ini adalah kesempatan mereka berfoto untuk yang kedua kalinya.


Namun ada ada saja tingkah mereka si Mudim sebagai contoh pada saat jepretan dia malah menunjuk langit ya itu adalah gayanya yang sudah menjadi kebiasaan,lihat si Damhuji dia malah melipat lengannya seolah olah dialah orang paling hebat dikelasnya begitu juga si Cenuk, dia memiringkan kopiahnya sambil melihat tingkah temannya berdua itu,sontak sang fotograper menegur mereka bertiga,tidak pelak juga Pak Haji Samin Katam,S.Ag selaku kepala sekolah Madarasah dan satu satunya Sarjana Agama yang ada di kampung mereka itu ikut memarahi mereka bertiga.

"Hei mike orang nak jadi Power Rangger,Pahlawan Bertopeng inilah pasal banyak nonton Tivi .biar betul sikit tengok si Aini tu diam aje,is budak-budak ni tak habis-habis",cetus Pak Katam panggilan akrab kepala sekolah mereka yang kebetulan orang Melayu asli di kampungnya yang menjadi guru.

"Oke semue pandangan kedepan senyum satu..due..tige"sang fotografer dadakan yaitu wak Bo memberikan aba-aba,sontak mereka bertiga pun serempak serius dalam sesi berfoto, itupun si Damhuji matanya tidak lari dari pandangan kearah Aini,si Aini anak dari Tok Haji Sangkut yang tinggal di ujung pelantar goyang pengusaha ikan kering dikampung mereka,Tok Haji Sangkut adalah Seorang Mualaf namun budaya dan keluwetan jiwa dagangnya menjadi pemicu keluarga ini lebih mapan.


Setelah sesi berfoto selesai hadirin pun pecah dan larut dalam suasana menjadi hening ketika dilanjutkan acara salam-salaman dimulai dari Aini kebetulan berada paling depan dan berada diujung paling kanan menyalami Pak Katam terus bergilirmenyalami guru-guru yang lain,Buk Senah guru yang paling lama mengabdi di Madrasah itu,terus ada juga Pak Samsudin Tayib atau dipanggil Pakcik Din walaupun beliau pengila mancing namun dia mengajar sebagai guru olah raga dan seni yang ada di Madrasah dah kemudian di lanjutkan keguru guru yang lainnya.


Pada saat giliran mereka bertiga semua guru serentak memberi ucapan dan pesan,sambil mengusap kepala mereka bertiga."Taksangke lulus juga engkau ye,Mudim mudim lepas ni engkau nak jadi Hang Tuah tapi jadilah Hang Tuah yang i rajin Sembahyang dan bisa Azan di Surau ye ",langsung dijawab "Ye Buk,Insyallah"Mudim pun menundukkan kepala di raut matanya hanya tersenyum senyum simpul sambil sesekali menjeling kepada temannya berdua itu.


Lain lagi si Damhuji"Teruskan prestasi ye nak, rajin-rajinlah belajar biar engkau jadi orang yang bergune"Pak Katam memberikan sebaik kata kepada Damhuji,siapa tak kenal Damhuji siswa yang sedikit pintar rata-rata rangking kelas 5 besar posisinya selalu di bawah Aini,namun ada kebiasaan Damhuji yang sedikit tak boleh di contoh saat proses belajar mengajar berlangsung kelakuannya Damhuji sering mengantuk dan tidur di kelas,keadaan ini akibat orang tuanya yang selalu mengajak untuk pergi menggumbang pada malam hari.


Tidak ketinggalan dibelakangnya ada Cenuk menyalami Buk Senah"Engkau tak usah lagi mencuri kueh ibuk yang wirit yasin disurau,pening orang dibuatnya yang dah di kasi tu cukuplah",Cenuk hanya dapat menundukkan kepalanya,di dalam hatinya Cenuk berujar"Eh tau dari mane pulak,Buk Senah ni alamak malunye aku",karena badannya yang gempal lagi besar porsi makannya ikutan besar,mereka bertiga kadang suka ikut membantu ibu ibu wirit di Surau,letak Suraunya tak jauh dari rumah mereka,hanya sekedar membantu dan berharap ada sekeping dua kueh yang enak diberikan kepada mereka bertiga,memang mereka tidak malu untuk ikut membantu ibu ibu disurau itu sekedar mengangkat air minum atau apa.biasanya acara akan selesai menjelang masuk waktu Sholat Ashar,dan saat itulah sepulang mereka selesai melaksanakan Sholat Jumat di Masjid Istoqomah bergegaslah menyusuri kebun-kebun kelapa mengambil jalan singkat menuju ke Surau,rutinitas mereka bertiga ini berkat ide si Cenuk, karena dialah acara makan enak disetiap hari jumat menjadi jadwal untuk perbaikan gizi tambahan mereka.


Waktu pun terus berlangsung akhirnya tiba saatnya acara penutup Setelah tadi sepatah dua kata oleh Guru,Murid dan Wali Murid sudah diawal awal,namun sebelumnya Mudim dengan lantangnya bertanya kepada Pak Katam Kepala Sekolah,sontak semua hadirin terdiam."Ade ape Mudim ape yang engkau nak tanyekan,hadirin semua diam kejap mari kita dengar".lantas Mudim pun berkata walaupun kedua temannya Damhuji dan cenuk sambil menarik ujung baju si Mudim dengan raut sedang binggung,"Assalamu alaikum Warohmatullahi wabaraku,Saye hendak betanye Pak Katam",Damhuji memandangi Mudim dengan raut masih bertanya tanya,"Walaikum salam warohmatullahi wabarakatuh,,Ape die Dim,silekan",sambil menunjuk tangan ke langit Mudim tidak ragu ragu untuk berkata"Pak saye ade satu keinginan,bolehkah kami membuat surat kaleng,,eh maaf surat atau penggal catatan dikertas mengenai harapan kami terhadap sekolah kita yang tercinta ini,akan tetapi surat itu dibaca besok setelah kami semua tidak berada disini lagi","Hmm,Baiklah ide bagus tu,tapi jangan lupe tulis nama,kami pegang rahasia",maka setujulah hadirin tentang ide dan maksud si Mudim itu.


Damhuji adalah orang yang pertama menarik Mudim agak kebelakang,sedangkan si Cenuk masih tak faham akan maksudnya kenapa melakukan hal seperti itu.tapi Damhuji sudah tertawa tawa duluan jangan jangan Si Mudim sudah merencanakan sesuatu yang belum diketahui oleh teman temannya itu.Mudim pun berujar"Hei,,apelagi tulis ape yang menjadi harapan buat sekolah ni,kalau aku dah ade ni !!,dalam kepala hotak aku,hahaha",mereka bertiga langsung tertawa,saat itu semua murid menulis harapan dan kesan di secarik kertas dan dikumpulkan ke meja Pak Katam.


Selesai sudah acara pelepasan anak kelas tiga Madrasah di sekolah mereka bertiga,esok harinya para majelis guru berkumpul bersama tak lain dan tak bukan sebab ulah si Mudim maka guru guru masih ditinggalkan pekerjaan rumah bagi mantan siswanya,"Mari bapak-bapak,Ibu -Ibu sekalian,kita membuka catatan ini semoga menjadi sesuatu yang berguna buat kita semua",sebenarnya selama pelepasan siswa disetiap tahunnya belum ada siswa yang melakukan hal semacam ini,baru angkatan mereka bertiga inilah,semua guru telah membaca dan menyimak satu persatu catatan yang di tulis oleh seluruh siswa itu.


Namun dari semua catatan yang sudah dibaca ada catatan yang menjadi perhatian semua guru,catatan itu tidak lain dan tidak bukan adalah catatan yang ditulis oleh Mudim,Pak Katam pun membacanya keras keras dihadirin semua majelis Guru"Kepada Ibu Bapak Guru yang saya hormati,keinginan saya adalah semoga di Madrasah yang tercinta ini kelak Mushola segera terbangun,dan tidak susah susah kami berlari pergi ke Surau sane",belum selesai pak Katam membaca surat si Mudim para majelis guru bergumam"Tak sangke budak ni disuruh Azan mengelak,sering buat gaduh bila sembahyang,tapi terpikir juga tentang Mushola kita,ye Pak Katam"cetus Buk Senah.


Lalu Pak Katam melanjutkan lagi membaca catatan Mudim"Kelak jika dah tebangun,dapatlah anak -anak madrasah untukt melantunkan suara suara yang mantap bile sudah waktunya buat Adzan dan yang terpenting jangan lupa Mushola itu dapat di gunakan Ibu-Ibu Wirit masyarakat sekitar dapatlah kawan saye Damhuji dan Cenuk membantunya,hehehe,,trimakasih Pak Katam,Wasallam",sontak semua majelis Guru tertawa,tak pelak Pak Katam yang susah melihatnya tertawa dia tertawa juga sambil mengusap air matanya,melihat gelagat murid muridnya yang paling susah diatur seperti Mudim siswa berangking paling rendah dari 15 bersaudara dikelasnya.namun itulah dia sebuah catatan singkat bagi Mudim yang bisa diberikan buat rumah kedua mereka bertiga,





al Katam(selesai).
Oleh : Irwanto/Mei2011
@@@@@@@@



NB:Adapun menggumbang itu rutinitas nelayan dikampung mereka,Gumbang adalah sejenis pukat atau jaring yang bermata kecil dipasang di laut khusus untuk menangkap udang dan ikan-ikan kecil lainnya,maklum saja kampung mereka terkenal akan udang dan ikan Timah yang lezat itu.