Senin, 26 September 2011

Penggal"senandung tikar bunda yang tersadai"

Daud,sudah lama ingin ku kisahkan sebuah nostalgia tanah bunda,dengan tikar sejarah yang berpenggal penggal digulung gulung dan tersadai disebalik pintu bilik yang gelap.

Daud,Air mata bunda kerap dibentangkan bersama tikar itu terkadang bunda salah memilih tikar,terkadang bunda gagap membentang tikar yang sama sedangkan yang lain terbiar lapuk.

***
Daud,aku juga mempunyai mimpi yang sama dilautan ombak kemala nilam ini,membelukar menyonsong badai ribut,dengan doa tafsir siarah bunda,tentang sumpah setia,megat yang lekas naik darah,juga panglima dan datok laksamana,ah

Daud,bersama buhul buhul alun yang renyai ini,jangan engkau merasa biduk kecil ini tak was was menempa karam,kiri kanan hanyut menjeling kejam.engkau akan hanyut digurun pandangan dan apakah engkau kelak dapat melihat air mata bunda yang membesuk bersama sumpah dan janji.

Daud,bersegeralah menambat dilabuhan sejarah ada bunda disana.bersama negeri mimpi nilam kayangan,yang akan membawa tamu tamu penjamuan air mata.nyinyir bunda yang setia membisikkan sebongkah duka lara ke pelosok kampung sampai ketebing bukit bintan pun lebatnya sialang yang panjang.berbulan tahun dengung itu berdengung menjadi bekal bersandingkan gandum dan roti.

***
Daud,setelah engkau dapat merebut bukit ombak ini,tepakkanlah janji mu,laksana raja haji yang telah tunai janji,menulis surat sebelum dadanya ditembus bedil portugis ,dan laut teluk ketapang menjadi dawat penanya.
...
Penggal ke 2
Karimun.2010
(sajak ini dah tak kuat lagi aku pendam,biarlah Daud dapat membacanya)

Penggal "Majelis Zikir Fesbukiyah"

Majelis zikir jamaah mahzab fesbukiah,

satu persatu jempol bertadarus membaca ayat ayat kitab wa al fesbuqiran,

mata berkomat kamit dengan panjang pendek tajwidnya,

sedangkan mulut khusuk dan sesekali diam tumakninah,





{d}Setatus lawas 082010

"SELAMAT HARI RAYA Pakcik Din",

Tadi pagi Daud baru saja mendapatkan telpon dari Pakcik Din Tayib,beliau adalah paman Daud yg bermukim di negeri tetangga Malaysia tak jauh dari kampung Daud yg permai itu di Negeri Bumi Berazam,dengan gembira bercampur aduk Daud berlari menuju kebelakang rumah tampak Tok Kawan sedang mencuci sepeda Tongkang kesayangannya.



Dengan tecungap cungap Daud menirukan berita itu"Tok...Pakcik Din Tayib telpon tadi,nanye kabar dan kirim salam buat Tok ","Walaikumu salam,kabar baik,trus Pakcik engkau tu cakap ape lagi..?",tampak Tok Kawan sesekali mengelap lampu depan sepeda tongkang nya yang hendak dipakainya buat takbiran di Masjid malam nanti..timpal Daud"Trus Pakcik cakap.. disana dah bagi duet raye",tiba tiba tok kawan terdiam sejenak."Hmm,Alhamdulillah,bersyukur di Indonesia masih diberikan jatah untuk bertaraweh sekali lagi"sambil melanjutkan kembali mengelap sepeda.



Tampak Daud hanya mengangguk angguk saja,wajar saja kebingungannya mungkin sama bagi budak budak yang lain di kampung Daud,sebenarnya kampung Daud dengan kampung Pakciknya di Negeri tetangga tidak lah jauh,Tok Kawan pernah bercerita untuk pergi ke Negeri Pakcik Din tidaklah lama seperti seekor lalat yang sekali hinggap dari terbangnya,lain halnya ke ibukota jakarta,lalat pingsan sampai jakarta berkali kali hinggap kawan tu terbang entahlah,Tok Kawan tu kalau bercakap sedap kentut dia saja.



Kemudian untuk menenangkan Daud yang masih bingung itu Tok Kawan pun berkata"lah Daud kalau di Kampung Pakcik Din Pagi ini dah bagi duet raya,besok pagi di kampung kita dapat duet raye dua kali","Ye Ye Duet raye"Agaknya Daud memang dapat duet raye ganda lah tahun ini tak pelak berlari lari kegirangan mendapat kabar itu.



"SELAMAT HARI RAYA 1432 H PAKCIK DIN,MINAL AIDZIN WAL FAIZIN,dari Tok & Daud di Bumi Berazam"

selesai.30 Agustus 2011.

Minggu, 11 September 2011

"Duyung kampung Jembatan Kodong"

Oleh : Irwanto

Lampu colok yang telah menghiasi malam tujuh likur Ramadhan kemaren hinggakan malam Raya dan selepas sembayang Raya masih pun menggantung digerbang,ada juga yang masih tecacak ditiang pancang dikiri kanan jalan di badan jalan disekotah kampung yang dilalui mereka berdua itu.


Namun demam raya masih ada di kampung Daud,tak pelak lagi Tok Kawan lagi bekayoh melintasi kampung antar kampung,Daud yang sengaje duduk membelakangi jalan,hari ini dia duduk menghadap belakang makin leluasalah ia memandang kiri kanan jalan,tidaklah mesti terhalang punggung Tok Kawan.


Setelah melintasi kampung Jembatan Kodong,Tok beserta Daud,agak sedikit melambatkan kayuh basikalnya,maklum saja sebelum sembayang raya kampung Jembatan Kodong disambut hujan selebat lebatnye,maka kampung yg sering menjadi langganan banjir saban taun ini pun,jadi bulanan banjir.itulah mengapa kampung ini juga disebut Jembatan Kodong,deretan jembatan jembatan yg menjembatani sungai kecik atau disebut juga dengan parit,bila airnya meluap maka jembatan jembatan terlihat kodong alias terputus karena permukaan air meluap hingga ketebing jalan.


Lain pula Jembatan ada lagi Duyung Subuh ke Petang,luar biase kampung Jembatan kodong ini memiliki sejuta cerita dan krenahnya,maka Daud yang kebetulan duduk menghadap kebelakang tiba tiba ditegur Tok Kawan,"betulkan duduk engkau tu,tak baik juling nanti",cergas Daud membalik badan,tak berapa lama tok berujar lagi"kalau dah petang ni,banyak Duyung kampung ni",Daud tengange bende Duyung dekat laut setahu dia kalau disungai air keruh macam ni,sembari terlarut dalam lamun Daud pun berkata"Duyung jenis ape pulak Tok","Duyung jenis kepala hitam,dari yang muda sampai yang tua semua timbul,timbulnya subuh dan petang hari aje".Daud menggaruk garuk kepala saja.


Dalam hati ia bertanya dalam dirinya sendiri"Ya wa e,Duyung Kampung Jembatan Kodong ni mandi pakai gayung pulak,luar biase.",mungkin ini menjadi sebab juga mengapaTok Kawan sengaje melambatkan sepeda tongkangnye cuci mata lah pulak,agaknye lah".


Sungai Ungar,Karimun,02092011