Senin, 27 September 2010

Di tanah ini,aku juga Jawa dan Jawi

Selangkah kaki terus mematah
Mengabdi atau apa ini kian
Disini jalan memang menganak sungai.
Bukan berarti tepian tanpa senyum dan bimbang

Sungguh itu ,
lukisan bakau dan bangau
Segak terpasang didinding sempit pengab,
lapang pandangan pun membuka ruang pada jawi ku.


Biarlah,
Aku hanya berbekal cerita kerajaan Melayu yang runtuh,
Syukurlah,masih ada dengung Masjid empat menara itu yang masih utuh.

Syahdan,
jika istana masih ada,
Mungkin aku belum tentu bertunak ketanah ini…!

Disini entah
Ada jawa tapi bukan jawi
Ibarat tubuh terpaksa.
lidah mengulas fasih
Cukuplah aku antarkan
Penggal penggal pepatah saja.

Kata Hang tuah:
“Jika roboh kota Melaka,papan di jawa kami tegakkan”

Apakah itu keterbukaan melayu .!,
Tapi entah,ragawi lunglaipada benak benak madah orang di sini.

Dan aku pun tahu ,
Majapahit pernah berumur sejengkal di Malaka.
Dan keris nenek moyang ku juga pernah tersepuh sama













Ah…!
Mungkin itulah Melayu.
Besi keris berkarat sama,
kalau papan jati tidaklah demikian.

Inilah tanganku setapak budak,
Tapi membentang lonjak menyalak

Inilah akalku sejengkal telunjuk,
tapi tubuh menjengkal pujuk..




Hpd/2010,Djakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar