Selasa, 13 April 2010

”bila ada budak merasa melayu ingin memegang Gambus”

Waktu itu Saya berada di Tanjung Pinang tepatnya diTahun 2000.kami memang dulu sering ke Kota Gurindam,semasa saya masih kuliah diBatam sering juga berkunjung. Batam dan Tanjung Pinang itu dekat kalau kita mau minum secangkir kopi belum habispun kita sudah sampai disana.Saya sering diajak rekan menyebrang ,pagi itu karna kebetulan saya dan sahabat saya ingin pergi melihat festival musik diTanjung Pinang,tepatnya di depan balai adat Pulau Penyengat, “Pulau Penawar Rindu”.

Ketika saya berada disana masih ingat dengan sesuatu hal yang masih mengganjal dibenak kepalaku,ini tidak ada hubungannya dengan kemuliaan akan pulau Penyengat yang kontemporer dan bersejarah itu,pulau yang seandainya terputar waktu,kita masih berada pada jamannya, maka alangkah merasa berbangga diri,kita langsung di diceritakan,dokumentasikan
oleh keadaan secara objektif, tanpa alur sajak-sajak yang selama ini kita dengar dan didengarkan.

Tapi sebenarnya hal ini hanya sebuah kegelisahan dan kegundahan sebuah pertanyaan yang di sebutkan kepada saya,boleh dibilang merupakan kata ucap Sara kepada suatu kaum atau suku sakat apalah.

“Tergamak” kata orang Melayu,dikeheningan petang.Datanglah seorang pemuda mendekati kami,sepertinya sesama penggemar musik,dia berkata kepadaku:

“Awak orang mane,budak mane megang-megang gambus,bise main ke tidak…!!,kalau awak budak melayu atau berketurunan Raje-raje atau pemuka dan Pembesar Adat,maka biasenye pandai memainkannye”

Apakah pertanyaan itu tadi spontanitas atau sekedar mengetahui menunjuk ajar,saya pun tidak tahu.Memerah padam mukaku,sapaan seorang pemuda tempatan asli orang pulau disini,menegur dengan teguran lurus,tajam tepat di tengah-tengah kosong hati.Memang kalau berbicara Gambus itu, hatiku berbicara lain walaupun hanya bisa ku sentuh dan ku pegang sahaja,apakah lagi bisa memainkannya.

Alat musik titipan jaman, yang hadir karna tangan tangan seniman dan petinggi-petinggi yang arif di jamannya.Berevolusi menyelip dikeadaan sebuah Kultur sesuai dengan kesepakatan pada jamannya dahulu .



Salam tegak dari Saya,……………………

”Perkenalkan, saya lahir di bumi berazam”

“Pulau yang terserak arai,dipisahkan banyak dengan laut”

“Didekatkan dengan sampan dan kapal- kapal kayu”

“Dihijaukan dengan hutan bakau,kebun-kebun,petak-petak sekat pokok-pokok kelapa dan getah”

“Saya budak pinggiran bukit yang merasa tinggal ditepi laut”

“Saya penikmat pesisir pantai tapi bukan tuan tanah dipinggir pantai”

*********************************************************************

“trimakasih pertanyaan,saran dan sanggahannya akan tetapi saya ada yang kurang sepakat dengan beberapa bait-bait yang disebutkan”

“Boleh saya mengajukan pertanyaan kembali kepada saudara”


Maka ditanyakan kembali pertanyaan yang akan di katakan :


“Kalau boleh….?!!.Saya bertanya kembali kepada saudara yang Arif”

1.Apakah para kaum kerabat diRaja atau Kesultanan yang ada diTamadun Melayu Riau, Johor dan Lingga pada waktu itu,Sanak dan Keluarga diraja pernah mementaskan pegelaran seni memberikan persentase kesenian ke hadapan Raja atau Sultan.

2. Apakah para kaum kerabat diRaja atau Kesultanan yang ada diTamadun Melayu Riau, Johor dan Lingga pada waktu itu, mempunyai sekelompok penghibur kerajaan yang dilakukan atau dikelola oleh para Sanak dan Keluarga diraja.

3. Apakah pada jamannya Raja atau Kesultanan yang ada diTamadun Melayu Riau, Johor dan Lingga pada waktu itu, banyak rakyat jelata atau masyarakatnya sendiri yang sering memberikan persembahan atau hiburan dihadapan Raja pada setiap jamuan-jamuan yang ada.

Saya hanya sekedar bertanya,disebabkan dengan keganjilan sebuah bait bahwa berbicara seniman dengan seninya atau apakah itu.

Saya bukan seorang penyair seniman atau apa ,hanya saja janganlah memandang sesuatu seni kesenian itu melibatkan suatu suku ,ras atau puak-puak tertentu.jika boleh diambil jalan lurus.Saya beranggapan Apakah benar justru orang-orang yang lebih banyak berkecimpung didunia musik-musik tradisional pada jaman dahulu adalah masyarakat jelata,orang-orang yang tidak berkaitan langsung dengan bergelar berdarah biru.Semoga saya tidak salah menafsirkan,karna saya memang bukan ahli tafsir,tidak semua orang bergelar mau mengenal dan tahu akan memainkan suatu alat musik.

Pementas seni,pemain musik atau seniman pemusik Gazal ,zapin,penari –penari seni Melayu atau mungkin yang lain-lainnya pada jaman dahulu,merupakan suatu kelompok penghibur yang derajatnya tidak lebih dan kurang adalah sekelompok penghibur semata.Jadi kurang setuju dan sepakat jika ada Orang jaman sekarang memberikan statemen seni seniman dan kesenian itu harus bergelar berdarah Raja atau Sultan.

Mudah-mudahan artikel ini hanya sebagai tanggapan sahaja.jika ada kesamaan tokoh atau pemeran ,silap dan salah datangnya dari saya,
**Salam………**


Disempurnakan,diketik setelah ada yang mengingatkan Ku kembali akan pertanyaan itu…Irwan2pd/Note,21 Desember 2009.

Artikel :”bila ada budak merase melayu ingin memegang Gambus”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar