Jumat, 09 Maret 2012

"Redefenisi Kesantunan Dalam Dominasi Bahasa Diluar Bahasa Melayu Riau"

Pekanbaru yang dahulunya merupakan sebuah Dusun Senapelan, kini terus muncul dengan beragam suku bangsa dengan keramah tamah dan kesantunan, menjadi kota perdagangan yang masyur dan terbilang hingga kini, ianya sudah dikenal sejak jaman dahulu lagi, dan dengan adanya kesantunan tersebut pekanbaru terus tumbuh dan berkembang ,menjadi titipan marwah dan nama besar orang orang dipelosok kampung-kampung di Riau.


Dengan adanya pengakuan kota perdagangan yang masyur itu, segudang cacatan budaya yang ikut serta mengkupas habis dari rempuhan fenomena-fenomna yang ada, ada baiknya kita berkunjung kesalah satu laman tersebut. Mengutip Edi,Sarjani,Essei,Riau Pos ia mengatakan"..Dengan menetapnya para pedagang tersebut di Pekanbaru lalu mereka melahirkan generasi (anak cucu,cicit). anak cucu, dan cicit tersebut menjadi orang Pekanbaru. Masing masing pedagang yang datang dan menetap di pekanbaru membawa bahasa serta tradisi dan asal daerah mereka masing-masing. lalu mereka wariskan kepada anak cucu dan cicit mereka. Disitulah mulai kaburnya bahasa, tradisi asli pekanbaru yang bersal dari kerajaan siak".


Adanya pergulatan dan interaksi sosial yang sedemikian rupa, dominasi bahasa Siak, Gasip menjadi memori yang indah di senapelan ketika dahulu dan kini ianya menjadi sesuatu yang baru ya produk baru, melebarnya hal tersebut bermula adanya kesantunan yang memang telah mengakar di ranah tanah melayu itu. Namun beragam orang mendefenisikan kesantunan sehingga menjadi senjata rahasia orang lain untuk menjadikan granat yang siap untuk diledakkan.


(1)Peran pemimpin yang tak dapat me-Melayu-kan anak bininya menjadi, bahaya laten, budaya itu tumbuh lebih cepat dan murah untuk dibina menjadi suatu warisan kebudayaan, di mulai dari lingkungan keluarga, ia akan membawa genetik,fisik,dan beragam hal lainnya, termasuk agama, budaya dan bahasa.


(2) Perlu adanya wira yang berjiwa kampungan ditengah tengah rempuhan masa depan yang dahsyat, kampungan disini adalah cinta dan kenal akan berbagai identitas kemelayuan pastinya.dan masih menjadi resam yang membina tapak ingatan zaman berzaman.

(3). Dibutuhkan 10.000 orang yang moderen berjiwa yong yong dolah,Dan makcik sakdiah, terpekik pengkau di kota pekanbaru, ceruk pasar, tepi longkang parit, tepi rumah dan lain sebagainya berbicara dan berbahasa melayu.

(4)Berbicara melayu di negeri Melayu adalah tuah, walau berbicara melayu dinegeri melayu kene jual di pekanbaru, same same jadikan itu fatwa sesat.

(5)Pesan orang tua kami yang menurut penulis layak untuk dijadikan panutan di Pekanbaru, masih terngiang ngiang hingga kini ''Aku termasuk orang yang tak perduli pekak badak,sampai saat ini masih memakai bahasa kampungan itu, dipasar dikantor lantaklah situ, anak bini ku aku larang memakai bahasa yg lain itu, biarlah menjadi hati dan batinku damai dan merasuk sampai ke ubun ubun, ingat itu wan'', beliau orang Kepulauan Riau yang bernaustatin hingga kini.

(7)Kesantunan dapat diredefenisklan kembali menjadi sebuah fatwa yang mesti disimpulkan kembali, diantar umat berbudaya dan agama dimana ianya memberikan laman bermain yang baik.

Dan masih banyak lagi, peran lembaga-lembaga yang bersentuhan langsung dapat kita jadikan tempat sekedar bertanya dan berbicara, sedikit banyak dari pada taka ada. UU Hamidy pernah berpesan dalam judul bukunya Jagat Melayu Riau dan saye menangkap pesan pak Yusmar Yusuf: ada apa dengan ''tabiat Melayani dan Dilayani''



Ttd

Irwanto,08032012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar