Jumat, 17 Februari 2012

Berjasa

Selagi kita hidup dan masih menjadi makhluk sosial selagi itulah kita akan senantiasa membicarakan tentang jasa, umumnya jika berbicara soal jasa kita akan mengkait-kaitkannya dengan jual beli semata .namun lebih dari itu, berjasa kepada Sang Maha Pencipta dan urgenci kita hendak berjasa kepada Orang tua, guru dan lain lainnya menjadi sebuah persoalan yang benar-benar penting di keseharian kita.


Pengutamaan diri berjasa kepada Allah, harus lebih diutamakan. Karena manusia adalah ciptaanNya dan diciptakan memang untuk mengabdi dan berjasa kepada Nya. Dalam Islam berbakti dan berjasa kepada kedua orang tua memang memiliki tingkat urgensi yang demikian tinggi.


Sederhananya jika kita hendak berjasa kepada orang tua, kita akan berupaya melakukan perkara perkara dan prilaku yang baik kepadanya orang tua , sehingga rasa bakhti kita juga menambah nilai moral kita , tidak lepas juga dari permasalahan berbuat baik dan mendurhakainya. Perkara seperti itu ditegaskan juga dalam firman -NYa (yang artinya) :

“Allah telah menetapkan agar kalian tidak beribadah melainkan kepada-Nya; dan hendaklah kalian berbakti kepada kedua orang tua.” (Al-Israa : 23)


Adapun disandingkannya prihal berbakti kepada orang tua maka jelaslah jasa jasa yang telah diberikan kepada kita sebagai seorang anak tidak tergantikan nilainya dan tidak terbalas, maka itulah peranan orang tua memiliki tempat yang penting. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:


“Seorang anak tidak akan bisa membalas budi baik ayahnya, kecuali bila ia mendapatkan ayahnya sebagai budak, lalu dia merdekakan.” (Dikeluarkan oleh Muslim)


Bagaimana jika berada di lingkungan masyarakat. Raja Ali Haji (RAH) sastrawan besar abad ke 19, menukilkan dalam kutipan pasal ke – 11pada gurindam 12 buah karyanya;

Hendaklah berjasa
Kepada yang sebangsa


Dalam kehidupan bermasyarakat , jasa sudah menjadi barang yang tak asing dan memiliki tempat , berjasa kepada yang sebangsa memiki makna bahwa yang membesarkan bangsanya siapa lagi kalau bukan orang-orangnya, yaitu memiliki persamaan nasib sebangsa , maka dapatlah ia memberikan berbagai sumbangsih yang diberikan fikiran tenaga bahkan moral, sederhananya siapa lagi berbuat jika bukan kita(bangsa) sendiri , ariflah tulisan RAH yang mengkait padankan pesan moral yang terkandung dalam bait-bait gurindamnya.


Para ilmuan terdahulu sampai sekarang telah banyak membahas nya. Beberapa hal yang patut dan bisa kita ambil kira dan dapat kita telusuri dalam menyerderhanakan arti jasa itu sendiri.



Pekanbaru,Ahad 11 Februari 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar